Film adalah sebuah media yang paling lengkap dalam menyampaikan pesan. Melalui seni gerak, suara dan gambar, penonton dapat lebih cepat menangkap sebuah pesan yang disampaikan. Melalui film, sebuah budaya tumbuh dan berkembang, informasi dapat tersampaikan tanpa mengenal jarak dan waktu. Kehadiran blitzmegaplex pada tahun 2007 tumbuh dari semangat tersebut, dan menyadari bahwa film adalah bagian penting dari pertumbuhan budaya sebuah masyarakat, blitz memiliki tanggung jawab untuk juga memajukan dunia perfilman di Indonesia.
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Senin, 20 April 2015
Press Rilis : SAE Indonesia
Beberapa tahun belakangan
ini, industri kreatif di Indonesia terutama di bidang musik, film dan animasi
menjadi bidang profesi yang semakin banyak diminati kaula muda. Dan melihat perkembangan industri kreatif yang meningkat sudah wajar kita menyadari begitu sangat
pentingnya peran lembaga pendidikan yang dapat memberikan support atas
perkembangan industrinya itu sendiri.
Dengan kehadiran SAE Indonesia
dan kerjasamanya dengan SAE Institute yang telah memiliki 47 kampus di berbagai
negara dan memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun dalam menyalurkan pedidikan
di bidang kreatif seperti Audio
Engineering, Film Production dan Animation, diharapkan SAE Indonesia dapat
menunjang perkembangan industri kreatif di Indonesia terutama menghasilkan para
sumber daya yang berkualitas tinggi setara dengan standar international.
SAE Indonesia telah pindah ke
gedung baru di Jl. Pejaten Raya no 31, pasar minggu sejak Agustus 2014 dengan
suasana kampus yang kreatif, bersahabat dan facilitas yang canggih dan modern
di lengkapi oleh 3 studio audio, ruang green screen, beberapa lab computer,
private theatre, auditorium, library dll dan dengan cara pembelajaran vokasional
dengan sistim kelas bisa di bilang semi private (kelas kecil Max 18 murid
tergantung pelajarannya) kami harap dapat meningkatkan pembelajaran yang terfokus,
komunikatif, ber productive, penuh inspirasi bagi para murid.
Komunitas Gudang Film
“Untuk apa nonton film Indonesia? Gak berkualitas. Tiket bioskop kan mahal mending nonton film Hollywood”. Yang barusan adalah salah satu contoh pernyataan cukup “menyakitkan” dari beberapa penonton bioskop di Indonesia dikala diajak nonton film Indonesia. Kini calon penonton ketika menghampiri tempat penjualan tiket di Bioskop kebanyakan lebih memilih film-film “blockbuster” khas Hollywood dibanding film lokal yang saat itu juga tayang. Film Lokal seperti diacuhkan dinegeri sendiri. Daripada harus menonton dibioskop, beberapa penonton pun lebih memilih menunggu di televisi atau mendownload di Internet film-film Indonesia. Dampaknya, jumlah penonton Indonesia yang memperihatinkan. Jangankan untuk menembus 1 juta penonton, 100ribu-pun Film Indonesia sudah kembang-kempis untuk menembusnya. Suatu fakta yang cukup memprihatinkan terhadap kondisi penonton bioskop film Indonesia.
Atas keprihatinan akan kondisi tersebut serta diiringi rasa cinta dan keinginan mendukung film lokal, beberapa anak muda yang berdomisili di Jakarta membentuk komunitas Gudangfim. Komunitas yang terbentuk pada 1 januari 2013 ini terbentuk akan kesadaran bahwa Film Indonesia tak berarti apa-apa tanpa penontonnya. Dengan mengusung Jargon “Gerakan Nonton di Bioskop”, Gudangfilm mengajak masyarakat Indonesia secara luas untuk menonton film-film Indonesia di Bioskop. Tentu dengan harapan perfilman Indonesia mampu terus “eksis” di negerinya sendiri.
FILMARES 2014
Di tengah tingginya kesadaran dan semangat untuk menjadikan industri kreatif sebagai salah satu industri unggulan di Indonesia, FILMARES 2014 hadir untuk memperkenalkan “dapur” dibalik film-film yang beredar dipasaran berupa perusahaan, komunitas, atau individu yang berkecimpungng di balik layar industri perfilman baik dalam dan luar negeri, baik baru maupun yang telah lama dikenal oleh para pembuat film di Indonesia.
Mokino.co Cinema Shelter Vol. 1
Cinema Shelter Vol.1 merupakan kegiatan yang mempertemukan para pembuat film dengan para penikmat film untuk berbagi ilmu dan pengalaman dalam proses pembuatan film. Acara yang berlangsung pada hari Sabt, 4 Oktober 2014 di SAE Institue Pejaten diselenggarakan oleh Mokino.co , media online yang berfokus pada Industri film bekerja sama dengan Oreima Films.
Saat menonton film, terkadang banyak kesan dan Tanya menyelimuti benak penonton selepas film usai. Pertanyaan-pertanyaan dibalik layar saat proses pembuatan film seperti efek dan make-up, penggarapan musik yang mampu mempengaruhi mood menonton dan sebagainya. Untuk itulah Cinema Shelter hadir sebagai jawaban dari segala hal yang berhubungan dengan proses dan desain produksi sebuah film kepada penikmat film dengan metode talkshow langsung dari sineas yang menggarapnya.
Hari Film Nasional 2014
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerjasama dengan Badan Perfilman Indonesia (BPI) menyelenggrakan Peringatan Hari Film Nasional (HFI) ke-64. Puncak acara peringatan Hari Film Nasional ke-64 yang berlangsung pada Selasa, 1 April 2014 di XXI Djakarta Theater. Acara berlangsung meriah dengan dihadiri oleh para penggiat dunia film tanah air yang tidak mau melewatkan moment peringatan akan perkembangan film di Indonesia.
Dengan mengusung tema “Bangga Film Indonesia”, Hari Film Nasional ke-64 memiliki beberapa rangkaian acara. Dimulai dengan roadshow sekaligus diskusi film “9 Summer 10 Autumn” dan “Sagarmatha” di Semarang dan Banjarnegara yang dimeriahkan oleh sutradara dan artis pendukungnya pada tanggal 27 Maret 2014. Dihari yang sama, Dr. Seno Gumira Ajidarma melakukan orasi sinema di Galeri Indonesia Kaya , Mall Grand Indonesia yang bertajuk “Film Indonesia dan Identitas Nasional dalam Kondisi Pascanasional. Serta dilakukan juga pemutaran serta diskusi film dan pelatihan singkat pemeranan oleh Rumah Aktor Indonesia (RAI) di 7 SMP dan SMA di Jabodetabek yang berlangsung dari tanggal 27 Maret hingga 4 April 2014.
Kemana Bioskop Indonesia ?
Agak miris melihat kenyataan bahwa Film Indonesia seperti semakin ditinggalkan oleh penonton film di Indonesia. Hal ini bisa terlihat dari perolehan jumlah penonton pada tahun 2013. Beberapa film yang diunggulkan dan diprediksi mampu mendulang jumlah penonton pun masih sulit untuk meraih satu juta penonton. Bahkan beberapa film justru mengalami flop dari sisi jumlah penonton.
Pada tahun 2013 lalu, hanya ada dua film Indonesia yang dirilis, berhasil meraih lebih dari satu juta penonton, yaitu film 99 Cahaya di Langit Eropa dan Tenggelamnya kapal Van Der Wijck. Sebagai peraih penonton terbanyak, film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck hanya memperoleh 1,7 juta penonton. Perolehan ini tidak sampai setengah dari perolehan penonton film Habibie dan Ainun pada tahun 2012, yang mampu meraih 4,2 juta penonton.
Menurut Data yang dipaparkan Nurwan Hadiyono, Kepala Subdirektorat Produksi Film, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, menunjukkan bahwa pada tahun 2013 lalu, hanya sekitar 15,5 juta orang yang menonton film Indonesia. Angka ini mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang mampu menggaet 18 juta penonton. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa, film Indonesia tahun lalu hanya mampu menarik paling tidak 7% dari jumlah penduduk Indonesia. Apakah hal ini menunjukkan kurangnya apresiasi penduduk Indonesia terhadap perfilman Indonesia? Kalau iya, lantas apa penyebabnya? Siapa yang bertanggung jawab?.
Langganan:
Postingan (Atom)