Mengangkat kisah tokoh bersejarah atau sosok yang dianggap
sukses kedalam format film belakangan ini menjadi trend sendiri dalam perfilman
Indonesia.Tak dipungkiri, nama besar mereka mempengaruhi dalam raihan jumlah
penonton. Sebut saja di tahun 2014 ada kisah Likas Ginting dalam “3 Nafas
Likas” dan Presiden Indonesia pertama Ir. Soekarno dalam film “Soekarno” yang
bahkan dibuat extended Versionnya. Kisah sukses penuh motivasi menjadi sasaran
empuk bagi produser film Indonesia untuk menarik penonton dan tentu saja meraup
keuntungan dari kecendrungan minat penonton
film Indonesia yang suka disuguhi kisah kisah inspiratif dan “senang” dimotivasi.
Kali ini, MD Pictures mengangkat kisah biopik dari seorang
motivator wanita yang cukup terkenal di Indonesia, Merry Riana. Nama Merry
Riana mulai terkenal semenjak dia merilis buku “Mimpi Sejuta Dollar” yang
ditulis oleh Alberthiene Endah yang
berkisah mengenai perjuangan
hidupnya dan pencapaian meraih
satu juta dollar pertamanya diumur 26 tahun. Buku tersebutlah yang menjadi
inspirasi dalam film “Merry Riana : Mimpi Sejuta Dollar”.
“Merry Riana : Mimpi Sejuta Dollar” berkisah tentang Merry
Riana (Chelsea Islan) yang harus berjuang sebatang kara di Singapura paska
kerusuhan besar-besaran di Indones. Merry terpaksa harus ke Singapura dengan alasan
keselamatannya. Merry yang tak punya siapa-siapa disana beruntung bertemu
dengan Irene (Kimberly Rider), teman SMA Merry dan diperbolehkan menginap di
Asramanya. Dan Sepanjang film, penonton akan disuguhkan perjuangan Merry Riana
untuk bertahan hidup di negeri orang, berusaha untuk medapatkan uang dengan
mencoba segala peluang, hingga kisah cintanya dengan Alva (Dion Wiyoko),
Mahasiswa senior yang menjadi penjamin Merry Riana.
Film yang disutradari oleh Hestu Saputra (Cinta Tapi Beda)
ini telah “menegaskan” bahwa kisah dalam
film “Merry Riana : Mimpi Sejuta Dollar” terinspirasi oleh kisah hidup Merry
Riana berdasarkan cerita dalam bukunya, bukan “Based on the Book”, sehingga
tidak plek-plek-an mirip dengan bukunya. Namun, menggunakan kata terinspirasi
bukan serta merta menjadi alasan “Merry Riana : Mimpi Sejuta Dollar” digarap
dengan melupakan pakem awal film ini, menjadi film yang inspiratif. Film ini
kurang mampu menonjolkan sisi inspiratif yang mampu memotivasi penonton,
tertelan dengan embel-embel kisah cinta yang terasa berlebihan (dan tentu saja
disisipi kisah cinta segitiga antara Merry Riana-Alva-Irene). Mungkin film ini niatnya
ingin menyuguhkan film biopik dengan kisah cinta yang kental seperti “Habibie
dan Ainun”, namun kadar romantisme terasa berlebihan dan mempengaruhi
keseimbangan cerita. Hingga akhirnya pada pertengahan film, “Merry Riana :
Mimpi Sejuta Dollar” terjebak dalam kisah cinta-cinta-an remaja dan jauh dari
menginspirasi penonton. Beruntunglah, chemistry antara Chelsea Islan dan Dion
Wiyoko membuat kisah cinta dalam film ini cukup terasa manis.
“Merry Riana : Mimpi Sejuta Dollar” memang adaptasi bebas
dari kisah Merry Riana, namun tim produksi film ini terasa tidak mau terlalu
repot, terlihat dari beberapa detil setting yang disuguhan dalam film ini. Mungkin
banyak penonton sepakat bahwa setting waktu film ini tak lama dari kejadian
kerusuhan besar-besaran di Jakarta pada masa reformasi bulan Mei 1998. Namun,
tim produksi film ini terasa tak mau repot untuk menghidupkan setting Singapura
pada akhir 90an dan awal 2000an. Sebagai contoh, Irene telah mempunyai iPhone 5
padahal iPhone generasi pertama saja baru hadir tahun 2007. Landscape Singapura
dalam film “Merry Riana : Mimpi Sejuta Dollar” menampilkan beberapa landmark
Negara tersebut salah satunya terlihat jelas bahwa ada Marina Bay Sands. Oke
film ini terasa jelas mengambil setting tak lama setelah kejadian tahun 1998
namun kenapa ada Marina Bay Sands yang baru diresmikan pada tahun 2010?. iPhone
dan Marina Bay Sands adalah dua dari beberapa detil yang (entah sengaja)
dilewatkan oleh “Merry Riana : Mimpi Sejuta Dollar”. Jawabannya ada dua,
pertama Merry Riana mungkin saja menemukan mesin waktu sebelum sampai di
Singapura yang membawa dia ke Singapura pada tahun setelah 2010 atau memang tim
produksi “Merry Riana : Mimpi Sejuta Dollar” menyepelakan dan tidak mau repot
dalam hal ini. Mungkin mereka beranggapan “Toh, film sejenis seperti ini sudah
pasti laku, buat apa bikin detil-detil?”.
Penampilan Chelsea Islan sebagai Merry Riana dalam film ini
terasa berlebihan. Masih teringat akting Chelsea yang manis dan memikat kala
bermain di Street Society. Namun Chelsea Islan dalam film ini terkesan
menggebu-gebu dan terlihat “lebay”. Mungkin Hestu Saputra menginginkan
penampilan Chelsea seperti dalam film ini agar mengesankan sosok wanita gigih
dan pantang menyerah, namun hasilnya dibeberapa moment Chelsea Islan malah
terlihat mengerikan. Hestu Saputra jelas menyia-nyiakan bakat Chelsea Islan. Terlepas
dari penampilan Chelsea Islan, penampilan baik ditunjukan Dion Wiyoko dan
Kimberly Rider yang memerankan Alva dan Irene. Dion Wiyoko mampu menjalin
chemistry yang baik dengan Chelsea dan mampu melengkapi serta menyeimbangi
karakter Merry Riana yang terasa sangat gesit disini. Kimberly Rider tahu
batasan beraktingnya, jadi terasa pas dan penonton dapat menikmati aktingnya.
“Merry Riana : Mimpi Sejuta Dollar” bisa dikatakan kurang
baik sebagai film yang awalnnya ingin menjadi inspirasi dan memberikan motivasi
bagi penontonnya. Terjadi ketidakseimbangan porsi kisah inspirasinya dan kisah
percintaannya. Kisah inspirasinya kurang tersampaikan dengan baik malah
termakan oleh kisah melodrama percintaan antara Merry Riana dan Alva. Sangat
dipahami penonton Indonesia suka dengan cerita cerita cinta namun porsinya
harus pas dan jangan berlebihan. Backsound yang diselipkan dibeberapa moment
yang maksudnya untuk menambah emosi dalam menonton malah terasa tidak pas dan
bahkan annoying. Transisinya pun kadang memekakan telinga, tak jarang malah
saya terganggu menontonnya. Dan hal tersebut diulang-ulang selama film
berlangsung. Film “Merry Riana : Mimpi Sejuta Dollar” kurang berhasil
mengangkat kisah hidup Merry Riana. Merry Riana jadi terlihat biasa saja dan
bahkan terasa setiap orang juga punya cerita perjuangan yang terasa sama dalam
bertahan hidup. “ Ketidak spesialan” tersebut terjadi tentu saja penggarapan
kisah Merry Riana yang kurang maksimal padahal punya potensi cerita yang bagus.
Maka bila selesai menonton ini penonton tak merasa terinspirasi, kalian tidak
sendirian. Bahkan mungkin ada pertanyaan menjanggal setelah selesai menonton
dan keluar dari teater, “Dapat satu juta dollar-nya dari mana?”.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar